BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
A.
Hipotiroid
Status tiroid
seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon tiroid dan bukan kadar
normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali.
Partama bahwa hormon yang aktif adalah free-hormon,
bahwa metabolisme sel didasarkan adanya
free-
bukan free-
, ketiga bahwa distribusi enzim deyonisasi I, II, III (DI, DII,
DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, di mana DI banyak ditemukan di hepar
,ginjal, dan tiroid, DII utamanya di otak, hipofisis, dan DIII hampir
seluruhnya di temukan di jaringan fetal (otak, plasenta). Hanya DI yang
diterima oleh PTU. Definisi lama bahwa
hipotiroidisme disebabkan oleh faal tiroid berkurang sudah tidak tepat lagi.
Kini dianut keadaan di mana efek hormon tiroid berkurang. (contoh pada
defisiensi yodium tiroid justru bekarja keras). Secara klinis dikenal 1.
Hipotiroid Sentral, karena kerusakan hipofisis/hipotalamus; 2. Hipotiroidisme
Primer apabila yang rusak kelenjar tirod dan 3.karena sebab lain: sebab
farmakologis, defisiensi yodium dan resistensi perifer. Yang paling banyak
ditemukan ialah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya diagnosia
ditegakkan berdasarkan ata TSH meningkat dan
turun.
B.
Hipertiroid
Perlu dibedakan antara pengertian
tirotoksikosis dengan hipertiroidisme. Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis
kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah
tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjartiroid yang hiperaktif. Adapun
sebabnya manifestasi kliniknya sama, karena efek ini disebabkan ikatan
dengan reseptor
-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH-like substances (TSI,TSAb), autonomi,
instrinsik kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik.
Sebaiknya pada destruktif kelenjar
misalnya karena radang, inflanmasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga
hormin yang tersimpan ke folikel keluar masuk dalam darah. Dapat pula pasien
mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun.
Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, tirotoksikosis tanpa
hipotiroidisme, biasanya self-limiting
desease.
II.
Tujuan
Penulisan
Untuk
mengetahui definisi, penyebab, patofisiologi, gejala dan tanda, manifestasi
klinis, pemeriksaan, serta pengobatan dari hipotiroid dan hipertiroid, sehingga
mahasiswa dapat memahaminya dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Hipotiroidisme
A. Definisi
Hipotiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi
kelenjar tiroid. Hipotiroidisme lebih
dominan pada wanita. Hipotiroidisme dibedakan menjadi hipotiroidisme klinis dan hipotiroidisme subklinis. Hipotiroidisme
kilinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar
rendah ,
sedangkan pada hipotiroidisme subklinis ditandai dengan kadar TSH tinggi dan
kadar
normal, tanpa
gejala atau dengan gejala sangat minimal. Hipotiroidisme merupakan kumpulan
tanda dan gejala yang manifestasinya tergantung dari : a). usia pasien, b).
cepat tidaknya hipotiroidisme terjadi, c). ada tidaknya kelainan lain.
B. Penyebab
·
Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh
congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone yang kurang baik,
defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau
terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti
penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang
tidak memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi
dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi
perifer terhadap hormone tiroid.
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan
suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus.Ada dua bentuk utama
dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter endemic prinsipnya
disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt”
dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan
iodine.
C. Patofisiologi
Kelenjar
tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormon tiroid. Jika
diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormon tiroid
tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk
kompensasi dari kekurangan hormon. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan
adaptasi penting pada suatu defisiensi hormon tiroid. Pembesaran dari kelenjar
terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH.
TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah
rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher
dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan
tingkatan dari hormon tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan menyeluruh.
Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi
achlorhydria (penurunan produksi asam lambung), penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan
produksi panas tubuh.
Perubahan yang
paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid yang mempengaruhi
metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level
trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan
penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga
interstitial seperti rongga pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari
mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien
dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena
pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin
B12 dan asam folat.
D.
Gejala dan Tanda
Tanda-tanda
dan gejala-gejala hipotiroidisme mencakup keletihan, kelemahan, penurunan
bising usus, penurunan nafsu makan, kenaikan BB, dan perubahan gambaran EKG.
Koma miksedema merupakan menifestasi yang jarang pada hipotiroidisme, ditandai
dengan depresi berat pada fungsi sensorium, hipotermia, hipoventilasi,
hiponatremia, hiporefleksia, hipotensi, dan bradikardia. Pasien dengan koma
miksedema tidak menggigil, meskipun dilaporkan suhu tubuh dapat mencapai 800F.
Diagnosa koma miksedema tergantung pada pengenalan gejala-gejala klinis, dan
identifikasi faktor pencetus yang mendasari. Faktor pencetus yang paling umum
adalah infeksi paru; yang lain meliputi trauma, stress, infeksi, obat-obat
seperti narkotik atau barbiturate, pembedahan dan gangguan metabolik.
E.
Manifestasi Klinis
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- Tidak tahan dingin
- Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. Muskuloskeletal
- Volume otot bertambah, glossomegali
- Kejang otot, kaku, paramitoni
- Artralgia dan efusi sinovial
- Osteoporosis
- Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
- Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
- Kadar fosfatase alkali menurun
3. Neurologik
- Letargi dan mental menjadi lambat
- Aliran darah otak menurun
- Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek tendon)
- Ataksia (serebelum terkena)
- Gangguan saraf ( carfal tunnel)
- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. Kardiorespiratorik
- Bradikardi, disritmia, hipotensi
- Curah jantung menurun, gagal jantung
- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
- Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
- Penyakit jantung iskemic
- Hipotensilasi
- Efusi pleural
- Dispnea
5. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
- Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Renalis
- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- Retensi air (volume plasma berkurang)
- Hipokalsemia
7. Hematologi
8. Sistem endokrin
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
- Gangguan fertilitas
- Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat hipoglikemi
- Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
- Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
- Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
9. Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita,
wajah seperti bula (moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher,
lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah,
ekspresi wajah kosong dan lemah.
F.
Pemeriksaan
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien
hipotiroidisme didapatkan hasil sebagai berikut:
- dan serum rendah
- TSH meningkat pada hipotiroid primer
- TSH rendah pada hipotiroid sekunder
1. Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
2. Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
- Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
- Peningkatan kolesterol
- Pembesaran jantung pada sinar X dada
- EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar atau inversi (Haznam, M.W, 1991: 152)
G.
Pengobatan
Hipotiroidisme yang perlu diperhatikan ialah a). dosis awal, b). cara menaikkan
dosis tiroksi. Tujuan pengobatan hipotiroidisme ialah: 1). Meringankan keluhan
dan gejala, 2). Menormalkan TSH, 3). Menormalkan metabolism, 4). Membuat T3 dan
T4 normal, 5). Menghindarkan komplikasi risiko. Beberapa prinsip dapat
digunakan dalam melaksanakan subtitusi.: a). makin berat hipotiroidisme, makin
rendah dan dosis awal dan makin landai peningkatan dosis, b). geriatri dengan
dengan angina prektoris, CHF, gangguan irama, dosis harus hati-hati.
Prinsip subtitusi ialah mengganti kekurangan produksi hormon tiroid
endogen pasien. Indikator kecukupan optimal sel adalah kadar TSH normal. Dosis
supresi tidak dianjurkan, sebab ada resiko gangguan jantung dan densitas
mineral. Tersedia L-tiroksin (T4), L-tirodotironin (T3), maupun pulvus tiroid.
Pulvus tidak digunakan lagi karena efeknya sulit diramalkan. T3 tidak digunakan
sebagai subtitusi karena waktu paruhnya pendek hingga perlu diberikan beberapa
kali sehari. Obat oral terbaik adalah T4. Akhir-akhir ini dilaporkan bahwa
kombinasi pengobatan T4 dengan T3 (50 ug T4 diganti 12,5 ug T3) memperbaiki mood dan faal neuropsikologis.
Tiroksin dianjurkan diminum pagi hari dalam keadaan perut kosong dan
tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan dari usus. Dosis rerata
subtitusi L-T4 ialah 112 ug/hari atau 1,6 ug/kg BB atau 100-125 mg sehari.
Untuk L-T3 25-50. Kadar TSH 20 uU/ml
butuh 50-75 tiroksin sehari, TSH 44-75 uU/ml butuh 100-150 ug. Sebagian besar
kasus butuhkan 100-200 ug L-T4 sehari.
II.
Hipertiroidisme
A. Definisi
Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik
yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan, yaitu akibat
kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-tironin (T3).
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid,
hipofisis atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid
akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negative HT terhadap
pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan
gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik
negative dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Penyebab hipertiroidisme sebagian besar adalah tirotoksikosis karena
penyakit Graves yaitu kira-kira 70%, sisanya karena gondok goiter multinoduler toksik dan adenoma toksik. Penyakit multi nodular goiter yaitu keadaan di mana wujud nodul pada tiroid dan berfungsi sama ada secara
aktif, normal atau tidak aktif langsung. Adenoma toksik yaitu wujud satu nodul saja pada tiroid tetapi nodul itu aktif dan mengeluarkan
hormone berlebih.Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibodi
reseptor TSH yang merangsang aktivitas tiroid, sedang pada goiter multinoduler
toksik ada hubungannya dengan autonomi tiroid itu sendiri. Ada pula
hipertiroidisme sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari pituaria, namun ini
yang jarang ditemukan.
Dari daftar di atas titoksikosis didominasi oleh morbus Graves, Struma
multinoduler toksik (morbus Plummer) dan adenoma toksik (morbus Goetsch). Sebab
lain amat jarang ditemukan dalam praktik dokter sehari-hari. Rokok ternyata
merupakan factor risiko Graves pada wanita tetapi tetapi tidak pada pria.
B. Patofisiologi
Tiroid hiperaktif (hipertiroidisme) terjadi
karena produksi hormon tiroid yang berlebihan. Pada sebagian besar pasien, hipertiroidisme
terjadi akibat adanya sejenis antibodi dalam darah yang merangsang kelenjar
tiroid, sehingga tidak hanya produksi hormon tiroid yang berlebihan, tetapi juga ukuran kelenjar tiroid menjadi
besar. Penyebab adanya antibodi tersebut belum diketahui, mungkin ada kaitannya
dengan faktor keturunan. Produksi hormon tiroid yang berlebihan terjadi dengan sendirinya tanpa kendali dari
TSH. Jenis hipertiroidisme ini disebut penyakit Graves.
Pada penyakit Graves terdapat 2 kelompok gambaran
utama, tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri
tiroidal berupa goiter akibat hyperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme
akibat sekresi hormone tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroid
berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas simpatis yang berlebihan,
manifestasi ektratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit
local yang biasanya pada tungkai bawah. Jaringan orbita dan otot-otot mata
diinfiltrasi oleh limfosit, sel mast, dan sel-sel plasma yang mengakibatkan
eksoftalmoa, okulopati kongestif dan kelemahan gerakan ekstra ocular.
Goiter nodular toksik paling sering ditemukan pada
pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik. Pada pasien-pasien
ini hipertiroidisme timbul secara lambat dan manifestasi klinisnya lebih ringan
daripada penyakit Graves. Penderita mungkin mengalami aritmia
dan gagal jantung yang resisten terhadap terapi digitalis. Penderita dapat pula
memperlihatkan bukti-bukti penurunan BB, lemah, dan pengecilan otot. Penderita
goiter nodular toksik memperlihatkan tanda-tanda mata melotot, pelebaran fisura
palpebra, kedipan mata berkurang akibat aktivitas simpatis yang berlebihan.
Penderita
hipertiroidisme berat dapat mengalami krisis atau badai tiroid yang bias
membahayakan kehidupan. Apabila terdapat manifestasi klinis hipertiroidisme,
maka tes laboratorium akan menunjukkan pengambilan resin triyodotironin/T3 dan
tiroksin serum yang tinggi, serta kadar TSH serum rendah. Selain itu TSH tidak
dapat memberikan respon terhadap rangsangan oleh TRH, suatu tiroid releasing
hormone dari hipotalamus.
C.
Gejala dan Tanda
Gejala Serta Tanda
Hipertiroidisme Umumnya dan pada Penyakit Graves
Sistem
|
Gejala dan Tanda
|
Sistem
|
Gejala dan Tanda
|
Umum
|
Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat,
toleransi obat, youth-fullnes
|
Psikis dan saraf
|
Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodic
dispneu, hipertensi, aritmia, palpitasi
|
Gastrointestinal
|
Hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah, disfagia,
splenomegali
|
Jantung
|
Gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar
|
Muskular
|
Rasa lemah
|
Darah dan limfatik Skelet
|
Osteoporosis, epifisis, cepat menutup dan nyeri tulang
|
Genitourinaria
|
Oligomenorea, amenorea. Libido turun, infertile, ginekomasti,
|
|
|
Kulit
|
Rambur rontok, berkeringat, rambut basah, silky hair dan onikolisis
|
|
|
D. Manifestasi Klinis
1.
Gangguan
kardiopulmoner seperti:
- Berdebar-debar
- Hipertensi sistolik
- Tekanan nadi meningkat
- Kadang-kadang disertai sesak nafas
- Gangguan gastrointestinal
- Selera makan semakin bertambah
- Berat badan mulai menurun
- Kerap buang air besar/diare
- Malabsorpsi
- Sering berpeluh/berkeringat karena metabolisme meningkat
- Gangguan saraf dan neuromuskular oleh kelebihan tiroksin
- Emosi labil
- Rasa gelisah
- Susah tidur
- Hiperkinetik (banyak bergerak)
- Lumpuh kaki, terutama di kalangan laki-laki.
- Penglihatan terjejas karena saraf mata tertekan
- Menggeletar jari tangan
- Mata melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan otot dan jaringan lemak di sekitar mata.
- Kelainan kulit
- Biasanya kulit menjadi hangat, lembab dan terdapat hiperpigmentasi
- Kelainan pada jari tangan dan kulit pada depan betis
- Gangguan tulang, sering ditemukan fraktur terutama pada pasien lansia oleh karena reabsorpsi kalsium usus menurun dan resorpsi tulang meningkat.
- Gangguan sistem reproduksi
Sering ditemukan
menstruasi tidak teratur, infertilitas akan tetapi setelah hipertiroidisme
terkendali lagi sistem reproduksi bisa kembali normal.
E. Pemeriksaan
Untuk
fase awal penentuan diagnosis, perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada pemantauan
cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal keadaan
membaik . Hal ini karena supresi terlalu lama pada sel tirotrop oleh hormon
tiroid sehingga lamban pulih. Untuk memeriksa mata disamping klinis digunakan
alat eksoftalmometer Herthl. Karena hormon tiroid berpengaruh terhadap semua
sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan pada semua organ kita.
Pada kelompok usia lanjut gejala dan tanda-tanda tidak sejelas pada usia
muda, tetapi dalam beberapa hal sangat berbeda. Perbadaan ini antara lain dalam
hal : a). Berat badan menurun mencolok (usia muda 20% justru naik ); b). Nafsu
makan menurun, mual, muntah dan sakit perut : c). Fibrilasi atrium, payah
jantung, blok jantung sering merupakan gejala awal dari occult hyperthyroidism,
takiaritmia; d). Lebih jarang dijumpai takikardia ( 40%); e). Eye signs tidak
nyata atau tidak ada; f). Bukannya gelisah atau justru apatis (memberi gambaran
masked hyperthyroidism dan apathetic form).
F. Pengobatan
Prinsip pengobatan pada
hipertiroid tergantung dari etiologi a). tirotoksikosis, b). usia pasien,
riwayat alamiah penyakit, c). tersedianya modalitas pengobatan, d). situasi
pasien, e).resiko pengobatan, dsb.
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormone
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat anti tiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
1. Obat Anti Tiroid (OAT)
Indikasi pemberian
OAT adalah :
·
Sebagai
terapi yang bertujuan untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien-pasien muda dari struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikosis
·
Sebagai obat
tirotoksikosis pada fase sebelum pengobtan, atau sesudah pengobatan pada pasien
yang mendapat yodium radioaktif
·
Sebagai
persiapan untuk tiroidektomi
·
Untuk
pengobatan pasien hamil dan lanjut umur
·
Pasien dengan
krisis tiroid
Obat Anti Tiroid yang Sering Digunakan
Obat
|
Dosis Awal (mg/hari)
|
Pemeliharaan (mg/hari)
|
Karbimazol
|
30-60
|
5-20
|
Metimazol
|
30-60
|
5-20
|
Propiltiourasil
|
300-600
|
50-200
|
Perbaikan klinis pasien hipertiroid dengan menggunakan OAT tergantung
pada jumlah hormon tiroid yang tersimpan kelenjar. Lamanya pemberian OAT
umumnya sekitar 18-24 bulan. Efek
samping OAT ditemukan sebanyak 1,5-4 % dari jumlah pasien, barupa
hipesensitif dan agranulositosis.
2. Pengobatan dengan Yodium Radioaktif
Indikasi pengobatan
dengan yodium radioaktif adalah ;
·
Pasien umur
35 tahun atau lebih
·
Hipertiroidisme
yang kambuh sesudah operasi
·
Gagal
mencapai remisi sesudah pemberian OAT
·
Tidak mampu
atau tidak mau pengobatan dengan OAT
·
Adenoma
toksik, goiter multinoduler toksik
Pada pengobatan ini
kemungkinan terjadi hipotiroidisme besar sekali. Digunakan Y131 dengan dosis
5-12 mCi per oral. Dosis ini dapat mengendalikan tirotoksikosis dalam 3 bulan,
namun kira-kira 1/3 dari jumlah pasien menjadi hipotiroid dalam tahun pertama.
Efek samping dari pengobatan ini adalah hipotiroidisme, eksaserbasi,
hipertiroidisme dan tiroiditis.
3. Operasi
Indikasi operasi
adalah :
·
Pasien umur
muda dengan stauma yang besar serta tidak mempan dengan OAT
·
Pada wanita
hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis besar.
·
Alergi
terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
·
Adenoma
toksik atau strauma multinoduler toksik
·
Pada penyakir
Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Setiap pasien pasca operasi perlu dipantau
apakah terjadi remisi, hipotiroidisme atau resudif. Operasi yang tidak
dipersiapkan dengan baik membawa resiko terjadinya krisis tiroid dengan mortalitas
amat tinggi.
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Hipotiroid dan Hipertiroid adalah suatu
kelainan pada kelenjar tiroid yang di sebabkan oleh beberapa faktor. Hipotiroid
terjadi karena kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi kelenjar tiroid.
sedangkan hipertiroidisme suatu ketidakseimbangan metabolik yang
merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. Pada hipotiroid
penyakit yang dapat terjadi yaitu kretinisme, sedangkan pada hipertiroid yaitu
penyakit Graves,.
Prisip pengobatan pada hipotiroid yang perlu
diperhatikan ialah a). dosis awal, b).
cara menaikkan dosis tiroksi. Tujuan pengobatan hipotiroidisme ialah: 1).
Meringankan keluhan dan gejala, 2). Menormalkan TSH, 3). Menormalkan
metabolism, 4). Membuat T3 dan T4 normal, 5). Menghindarkan komplikasi risiko.
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksanakan subtitusi. Sedangkan prinsip pengobatan pada hipertiroid
tergantung dari etiologi a). tirotoksikosis, b). usia pasien, riwayat alamiah
penyakit, c). tersedianya modalitas pengobatan, d). situasi pasien, e).resiko
pengobatan, dsb.
II.
Saran
Agar pembaca sadar bahwa Hipotiroid dan
Hipertiroid berbahaya bagi kesehatan manusia karena hormon
tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya ditemukan pada semua organ
kita. Sehingga pembaca lebih memperhatikan kesehatan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Ranakusuma,
A. B. 1992. Buku Ajar Praktis Metabolik Endokrinologi. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Price,
S,A; Wilson, L,M. 1993. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Klinis
Penyakit, Bagian 2. Jakarta: EGC.
Barbara,
C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Bandung: Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan
Keperawatan Padjajaran.
Corwin, E,J. 2000. Buku
Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Healthy Enthusiast. 2012. Hipertiroid, Hipotiroid. http://www.HealthyEnthusiast.com (Diakses
tanggal 11 Maret 2013).
Sudoyo Aru W, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
M.W. Haznam.
1991.
Endokrinologi. Bandung: Penerbit
Angkasa Offset Merdeka.
1 komentar:
Terimakasih Informasinya kunjung web saya :
obathipertiroid.utamakansehat.com
beberapa informasi artikel :
obatstroke.utamakansehat.com
obattbckelenjar.utamakansehat.com
obatinsomnia.utamakansehat.com
obatglaukoma.utamakansehat.com
obatdiabetesbasah.utamakansehat.com
obatkencingmaniskering.utamakansehat.com
obatnyerisendi.utamakansehat.com
obatkencingmanis.utamakansehat.com
obatgondokberacun.utamakansehat.com
obateksimbasah.utamakansehat.com
obatkankerserviks.utamakansehat.com
pengobatanparuparubasah.utamakansehat.com
obatkankerserviks.utamakansehat.com
obatdiabetes.utamakansehat.com
obatradangtenggorokan.utamakansehat.com
obatradangpanggul.utamakansehat.com
obatbatuempedu.utamakansehat.com
obatususbuntu.utamakansehat.com
obathernia.utamakansehat.com
obatkankerparuparu.utamakansehat.com
cardiopowercapsule.utamakansehat.com
obatkeputihan.utamakansehat.com
obatkankerpayudara.utamakansehat.com
obatleukimia1.utamakansehat.com
vitaminanak.greenworldglobals.com
Posting Komentar