Menurutku judulnya terlalu dramatis, namun aku bingung harus memberikan apa. Mungkin kamu bisa memaknainya sendiri.
Mengenalmu adalah hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Rasanya belum lama ini kita berkenalan, bertukar cerita atau lebih tepatnya kamu yang banyak bercerita. Ya, selama ini kamu yang lebih bawel daripada aku. Meski kata orang, perempuanlah yang lebih baik tapi itu tidak terjadi pada kita.
Perkenalan dari jejaring sosial membawa hubungan kita serumit ini. Mungkin buat kamu biasa saja, namun buat aku dan teman-teman yang mengetahui tidak. Dari pertemuan yang sebenarnya tidak sengaja namun aku paksakan terjadi di Stasiun dekat kantor lamaku dan apartemenmu.
Waktu itu ada jadwal masuk di hari sabtu dan kebetulan sekali kamu mau ke kantor yang biasanya tidak kamu lakukan juga di hari sabtu. Aku sedikit mempercepat langkah pulang agar bisa bareng naik kereta denganmu karena arah kita sama. Dan DIA merestui pertemuan yang akhirnya berlanjut menjadi hubungan yang aku sendiri tak paham.
Banyak sekali hal yang aku pelajari darimu. Aku merasa jauh lebih baik, lebih mengerti, lebih tahu bagaimana sikap yang benar. Jujur diawal pertemuan kita aku tak menyukaimu, aku benar-benar biasa saja. Waktu berlalu begitu saja, awalnya sebulan sekali menjadi seminggu sekali bertemu. Semakin banyak pula topik yang kita bahas.
Sampai akhirnya aku mengagumi kehebatanmu, kebesaran ambisimu. Yaa, aku menyukaimu. Namun dengan sekejap kamu membatasi harapanku. Semakin aku tau siapa kamu, bagaimana kamu, semakin aku tak berani melangkah lebih jauh. Aku yang tak sebanding dengan mereka dan dia perlahan memilih mundur.
Obrolan kita tidak se-intens kemarin. Pertemuan kita tak sesering kemarin. Bahkan sering kali kamu mengusirku dan datang kembali semaumu. Temanku bilang tinggalkan namun aku bertahan. Mereka bilang kamu jahat buatku tidak. Karena waktu yang kamu beri, pengetahuan yang kamu bagi tak semurah itu. Jarang aku temui laki-laki sepertimu, ada! Tapi apa mereka mau membagi waktunya untukku?
Meski kamu bilang biasa saja, kamu tampak acuh, tapi aku merasa semua itu hanya tutup. Aku tahu kamu peduli. Bukan hanya aku yang menganggap kamu hebat. Kamu merasa kamu biasa saja, memang harus begitu. Kamu tidak boleh sombong, penilaian hebat hanya dari orang lain dan kamu tetap rendah hati. Aku sudah cukup mengenal kamu, meski aku mungkin tidak benar-benar mengenalmu.
Semua yang sudah kamu bagi ke aku bukanlah hal biasa buat aku. Dari kamu aku banyak belajar, dari kamu aku banyak tahu. Meski kamu tidak pernah menyukai aku, tapi aku bahagia. Tidak ada orang sederajatmu yang mau memberi waktu sebanyak itu hanya untuk mengajariku satu per satu. Bersemangat untuk aku menjadi yang terbaik. Terus mendukung dan mempercayai kemampuanku. Dan tidak pergi setelah mengetahui sifat jelekku.
Kemarin yang aku tahu aku menyukaimu, mengagumimu. Tapi sekarang aku sadar, aku menyayangimu sebagai seorang teman dekat. Aku khawatir saat kamu tidak bisa tidur dan butuh obat tidur untuk memaksanya. Tapi aku senang saat mendengarkan dengkuranmu setiap kali bercerita. Aku khawatir saat kamu bilang drop, melihatmu pucat setiap bertemu, dan basah karena kepanasa. Aku khawatir kamu kembali ke kebiasaan buruk yang tidak baik untuk kesehatanmu. Aku khawatir karena tempat istirahatmu. Khawatir setiap kali mendengar keluhanmu.
Meski kamu sering mengabaikan perasaanku, menyakiti perasaanku. Setiap momen pertemuan kita, tingkah lucumu, kejutanmu berhasil mengalahkan semuanya. Rasa bahagianya melebihi apapun. Saat kita berantem padahal sudah mau ketemu dan akhirnya kamu mengaku salah, kamu datang dan menunjukkan anak-anak kucing yang lucu. Setiap kali makan, makananku tidak habis kamu tidak malu untuk membantu menghabiskannya. Saat kamu mengusapkan kepalamu ke bahu ku karena takut adalah pertama kalinya kamu menyentuhku dan kamu bilang tidak pernah begitu, itu spesial buat aku. Dan setiap kali keluar J.Co stasiun jakarta kota kamu menyusul aku buat bareng keluar pintu sempit dan bilang "aku kecil kok", its always makes me smile perfectly.
Aku menyayangimu sebagai seorang teman. Aku nyaman berada di dekatmu, bercerita denganmu, mengadu. Namun sayangnya kamu lebih sering mengacuhkan. Aku tahu kamu menjaga hubungan kita agar tidak terlalu intim. Aku tahu batas aku siapa. Aku tidak ada apa-apanya dibanding mantanmu. Aku coba berpura biasa saja, aku berpura tak peduli. Semua karena aku tahu batas. Terima kasih untuk semua waktumu.
Aku ingin kamu tak hanya memikirkan dunia. Aku percaya kamu bisa mengalahkan ambisimu. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar